Kisah di Padang Arafah


Padang Arafah menyimpan sejarah panjang dari perjuangan Nabi dan Rasul dalam mengharapkan ampunan dan keridhaan Allah SWT.
Di Padang Arafah, tepatnya di Jabal Rahmah atau Bukit Kasih Sayang, menjadi lokasi kembali bertemunya Nabi Adam a.s dengan Hawa setelah diturunkan ke Bumi akibat melanggar larangan Allah SWT.
Setelah meninggalkan surga, keduanya hidup berpencar. Malaikat kemudian mengarahkan mereka untuk menuju Arafah. Di sana keduanya kemudian bertaubat, memohon ampunan Allah atas dosa-dosa yang diperbuat.
Dalam kitab suci Alquran disebutkan:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Keduanya berkata: Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al A'raf: 23).
Dalam masa pencariannya itu, mereka saling menyadari akan kesalahan dan kekurangan dirinya masing-masing seraya bermohon ampun dan bertobat kepada Allah SWT.
Padang Arafah juga menjadi saksi atas perjuangan Nabi Ibrahim a.s ketika beliau mendapatkan ujian yang sangat berat dari Allah SWT, yaitu ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail a.s.
Pada suatu ketika, tanggal 8 Dzulhijjah, beliau bermimpi bahwa Allah SWT meminta agar Ismail dikurbankan dengan disembelih. Nabi Ibrahim bangun, kemudian merenungkan mimpi tersebut.
Dia bertanya-tanya, apakah mimpi tersebut benar dari Allah atau bukan. Sehari kemudian dia mengetahui ('arafa) benar bahwa mimpi itu dari Allah. Ketika itu, Nabi Ibrahim berada di padang Arafah. Dengan berat hati, Nabi Ibrahim berniat menyembelih Ismail pada 10 Dzulhijah. Namun, hal itu tak terjadi, karena Allah memerintahkan malaikat untuk menggantikannya dengan hewan kurban.
Jabal Rahmah, Bukit Arafah, juga merupakan tempat wahyu terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika melakukan wukuf. Wahyu tersebut bermula dalam Surah Al Maidah. Di kaki Bukit Jabal Rahmah pun terdapat batu bersejarah tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwukuf.
Dengan demikian, Arafah menjadi saksi dari kesempurnaan ajaran Islam yang telah dibawa oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana disampaikan oleh Allah SWT dalam wahyu terakhir yang diturunkan di Arafah :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah : 3)
Dari kisah para Nabi dan Rasul ada hikmah yang bisa menjadi pelajaran, bahwa Arafah adalah tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi saksi dari perjuangan Nabi dan Rasul dalam mengharapkan ampunan dan keridhaan Allah SWT.
Kisah-kisah ini juga menjadi pelajaran bahwa manusia harus merenungkan dosa-dosa yang pernah diperbuat agar bisa mendapatkan keridhaan dari Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kaedah ad-dharûrah yuzalu

Lafadz ‘amm dan Khash

Ketersambungan Sanad