PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
PERKEMBANGAN
SOSIOLOGI
A. Filsafat Sosial pada Tahap Awal
Semenjak dahulu kala manusia telah
memikirkan perihal kehi-dupan sosial dan
masyarakat, serta mencoba untuk menganalisanya. iVmikiran-pemikiran kuno
mengenai masyarakat banyak dijumpai dalam
cerita-cerita rakyat maupun ajaran kepercayaan yang banyak mengandung
keharusan-keharusan atau kepantasan-kepantasan mengenai hubungan antara
manusia dalam pergaulan hidup. Para ahli lilsafat
juga banyak membahas mengenai kehidupan bersama dalam masyarakat, maupun
perspektif sejarah
perkembangannya.
Cerita-cerita
rakyat dan pepatah-pepatah tradisional lebih banyak berisikan hal-hal praktis
dalam pergaulan hidup. Demikian pula halnya dengan pemikiran-pemikiran sosial
dari para ahli filsa-lat, yang tidak dipisahkan dari analisa ilmiah terhadap
gejala sosial. Di dalam bukunya yang berjudul "Ethics", Aristoteles
mengemuka-kan pembedaan antara "scientific knowledge" dengan
jenis-jenis pengetahuan yang didapat dari
"things human". Oleh karena ber-anekaragamnya jenis
"things human" tersebut, maka tidak mungkin untuk menarik
generalisasi darinya. Yang hanya dapat dilakukan, adalah mengembangkannya,
sehingga manusia sampai pada penda-patnya (atau opini) yang benar dan masuk
akal. Bagi Aristoteles hal ini berarti suatu pegangan terhadap kebijaksanaan
praktis dan politis, yang memungkinkan manusia untuk mengurus dirinya,
ru-mah tangganya maupun memerintah
dengan bijaksana.
Para ahli filsafat Yunani melakukan
pendekatan terhadap masyarakat, atas dasar kepentingannya untuk membentuk
masyarakat yang dicita-citakan. Dalam hal ini mereka sama sekali tidak bertitik
tolak pada keengganan sikap ilmiah. Plato, misalnya, mengembang-
kan konsepsi masyarakat
ideal yang diperintah oleh para ahli filsa-fat, dan dia mendorong
murid-muridnya untuk menciptakan masyarakat semacam itu di Syracuse.
Demikianlah yang dikemukakan Plato dalam hasil karyanya yang berjudul "The
Republic". Di dalam bukunya yang berjudul "Politics",
Aristoteles menyajikan sya-rat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
pemerintahan yang baik dan bagaimana membentuk masyarakat yang baik pula.
Hasil-hasil karya tersebut tidak hanya mengungkapkan pokok-pokok pemikiran
utopis dari orang Yunani, akan tetapi juga menunjukkan bahwa tidak ada
pemisahan antara studi terhadap masyarakat dengan lem-baga-lembaganya, serta
studi terhadap pemerintah dengan lembaga-lembaga politiknya.
Konsepsi-konsepsi
mengenai masyarakat atau negara yang ideal tersebut, kemudian dihubungkan
dengan teori-teori mengenai asal dan sejarah sistem-sistem pemerintahan.
Waiaupun pendekatannya berbeda, namun Plato dan Aristoteles telah mengembangkan
teori-teori evolusioner tentang perkembangan secara historis. Di samping itu
masih ada pengembangan teori evolusioner dari kalangan "Epicureans",
dan Polybius yang mengembangkan teori perubahan poii-tik menurut lingkaran
tertentu. Di dalam teori-teori tersebut, yang cenderung menyajikan
prinsip-prinsip perkembangan sosial yang di-dukung data sejarah, maka para ahli
filsafat berhasil mendekati apa yang kemudian
merupakan ilmu-ilmu sosial.
Bagi perkembangan
sosiologi, maka paling sedikit tiga ciri pemikiran sosial kuno dapat
dikemukakan, yakni (Peter M. Blau dan Joan W.
Moore 1972: 2,3).
1. Pemikiran-pemikiran tersebut telah gagal
untuk dapat membeda-kan antara studi terhadap sistem-sistem politik dengan
studi terhadap struktur sosial.
2. Perhatian yang besar untuk membentuk
masyarakat utopis, menghalangi pengembangan studi yang obyektif terhadap gejaia
sosial, yang waktu itu kurang
diperhatikan atau dipentingkan.
3. Pusat perhatian terhadap asal lembaga-lembaga
sosial atau politik dan sejarahnya, lebih mementingkan gejala-gejala yang unik
da-ripada pola sosial
yang terjadi dalam
sejarah.
Komentar
Posting Komentar