Al Qur'an Menurut para cendikiawan



Al Qur’an menurut Pendapat Para Cendikiawan
Goethe, Seorang filosof Jerman yang terkenal dalam bukunya “ Goethe – Hughes’s Dictionary of Islam”, mengatakan : “ Bagaimana juga saya membaca Al Qur’an it, pertama ia menggerakkan saya pada setiap waktu, dengan kesegaran dan dengan cepat menganjurkan pendirian hati serta keheranan , yang akhirnya ia mendorong saya kepada pengetahuan agama. Al Qur’an itu mempunyai  susunan kata yang molek dan indah, pola isi dan tujuannya mengandung suatu pedoman bahagia. Dia adalah memberi ingat dan menakutkan selamanya, dan seterusnya ia adalah kemuliaan yang Maha Tinggi. Demikianlah Al Qur’an akan berjalan terus dan bekerja sepanjang masa dengan pengaruh yang amat kuat serta gigih dan teguh”.
DR Joseph Charles Mardrus, seorang cendikiawan Prancis dalam bukunya “L’lcoran”, mengtakan : “ Gaya bahasa  Al Qur’an seakan-akan gaya bahasa Al-Khaliq sendiri. Karena gaya bahasa itu mengandung essensi dari Al-Khaliq yang menjadi sumbernya, tentulah mengandung sifat-sifat Illahi pula. Kenyataan jelas menunjukkan  bahwa penulis-penulis yang sangat ragu sekalipun menyerah pada keindahannya. Hal ini menimbulkan pengaruh yang hebat sekali terhadap tiga ratus juta kaum muslimin yang tersebar di muka bumi ini. Pengaruh ini demikian hebatnya sehingga missionaris-missionaris asing mengakui kemustahilan untuk membuktikan satu kenyataan sajapun bahwa ada orang Islam telah meninggalkan agamanya. Sebab-sebabnya adalah gaya bahasa Al Qur’an yang dalam mula pertamanya mengikat pendengaran orang-orang Arab gurun, adalah suatu prosa yang luar biasa, mengayun dengan lembut dalam suatu susunan ritma yang teratur dan harmonis, menimbulkan suatu pengaruh yang mendalam kepada jiwa setiap pendengar yang mengerti akan bahasa itu. Itulah yang menyebabkan segala kegagalan usaha untuk mencoba mengalihkan efek yang tidak dapat ditiru, seperti yang belum pernah terdengar sebelumnya kedalam bahasa lain.
Laura Vaccia Vaglieri dalam bukunya “ Apologie de l’Islamism” mengatakan : “ Dalam keseluruhannya kita dapati dalam kitab ini seseuatu koleksi tentang kebijaksanaan yang dapat diperoleh oleh orang-orang yang paling cerdas, filosof-filosof yang terbesar dan ahli-ahli politik yang paling cakap, tetapi ada bukti lain tentang sifat Ilahhi dalam Al Qur’an itu tetap utuh melintasi masa-masa sejak turunnya wahyu itu hingga pada saat ini. Kitab ini dibaca berulang-ulang oleh orang-orang yang beriman dengan tiada jemu-jemunya, sebaliknya karena diulang-ulang malah semakin dicintai sehari demi sehari. Al Qur’an membangkitkan perasaaan timbulnya penghormatan dan respek yang mendalam pada diri orang yang membaca dan mendengarnya. Oleh karena itu bukan dengan jalan paksaan atau dengan senghaja, tidak pula dengan tekanan muballigh-muballigh yang menyebarkan penyiaran Islam besar dan cepat, tetapi terutama oleh kenyataan bahwa kitab ini yang diperkenalkan kaum muslimin kepada orang-orang yang ditaklukan dengan kebebasan untuk menerima atau menolaknya adalah kitab Tuhan.
DR . Hartwig Hirschfeld dalam bukunya “ New Researches Into the Composition and Exogois of The Qur’an”, mengatakan : “ Kita tidak boleh terkejut mendapati bahwa Al Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan. Segala hal yang berhubungan dengan langit dan bumi, kehidupan manusia, perdagangan dan pekerjaan sebentar-sebentar disinggung dan hal ini membangkitkan timbulnya monograph-monograph yang memuat tafsir dari bagian-bagian kitab suci itu. Dalam hal ini Al Qur’an itu menimbulkan perkembangan yang menakjubkan dari segi cabang ilmu pengetahuan dalam dunia Islam.           
Prof. G. Margoliouth dalam bukunya “ De Karacht van den Islam “ mengatakan “ Adapun Al Qur’an itu menempati kedudukan yag maha penting di barisan agama-agama yang besar di seluruh dunia. Meskipun Al Qur’an itu sangat muda usianya, tetapi ia menemapti bagian terpenting dalam ilmu kitab. Ia dapat menghasilkan suatu akibatny yang tidak pernah dan tidak akan dapat seseorang menghasilkannya.”
“ Al Qur’an itu membuat perubahan pikiran dalam limgkungan umat manusia dan anjuran dari isinya tentang tabiat-tabiat dan peradaban mereka. Pertama kali Al Qur’an itu menggerakkan bangsa Arab yang sedang dalam kegelapan dan kebodohan menjadi suatu bangsa yang cerdik pandai dan gagah berani diseluruh dunia dan kemudian Al Qur’an itulah yang membawa bangsa itu menjadi pemula dalam agama berdasar politik dan sosial sehingga terbangunlah organisasi diseluruh dunia Islam.”
“ Al Qur’an itulah satu daripada tenaga yang amat hebat dimana bangsa eropa dan asia sekarang ini harus mencatatnya. Pengaruh yang sangat rahasia dalam Al Qur’an itu tentu terletak dalam pikiran yang mengadakannya itu. Al Qur’an bukan saja suatu kitab, tetapi suatu suara yang hidup teguh semacam maklumat yang berisi undang-undang, peraturan pergaulan hidup, perjanjian, pelajaran dan pemberi jalan bagi tiap-tiap bangsa yang akan menuju kearah kemajuan.”
 “ Kemajuan dari kaum Islam, meskipun sekarang agak terhenti, Ahli penyusun pengetahuan menunjukkan bahwa apa yang dituntut oleh bangsa eropa dari ilmu astronominya dan semua ilmu pengetahuan yang serupa itu yang pada suatu masa datang ke eropa boleh dikatakan adalah berasal dari Islam. Hanya Al Qur’anlah yang telah menunjukkan pertama kali kepada para ilmuwan bangsa Arab hikmah ilmu pengetahuan itu.”
J.M. Rodwell, MA dalam bukunya “The Koran”, mengatakan: “ Harus diakui bahwa Al Qur’an patut mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya tentang konsepsinya mengenai sifat-sifat Tuhan dalam hal sifat Maha Tahu, Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Esa bahwa kepercayaan dan keyakinan pada satu Tuhan yang menguasai langit dan bumi dan bahwa ia meliputi banyak kesungguhan moral yang mulia dan dalam kata-kata hikmah yang padat dan telah membuktikan bahwa di dalamnya terdapat unsur-unsur yang diatasnya bangsa-bangsa yang kuat dan imperium-imperium yang berkuasa dapat didirikan”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lafadz ‘amm dan Khash

kaedah ad-dharûrah yuzalu

Dzahir Dalalah dan Khafi Dalalah